in ,

Akuisisi 2 Fregat Iver Huidfeldt, Pakar Pertahanan: Indonesia Tak Cukup Kuat Imbangi China di Natuna

Fregat Iver Huidfeldt AL Denmark

Belum lama ini Kementerian Pertahanan dikabarkan telah menandatangani kontrak pembuka pengadaan kapal Fregat Iver Huidfeldt dari Denmark yang memiliki tonase 6.600 ton dengan panjang 138 meter. 

Mengutip dari laman Janes.com, kontrak pembuka penandatanganan itu dilakukan pada 30 April lalu dihadapan pejabat Kementerian Pertahanan, PT PAL dan perwakilan dari Denmark Odense Maritime Technology (OMT). 

Fregat Iver Huidfeldt sendiri diproyeksikan untuk memperkuat armada kapal perang TNI AL. 

Terlebih eskalasi di perairan Natuna Utara atau yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan kerap terjadi pelanggaran. 

Sementara itu, menyitir dari laporan navalnews.com pada Selasa (16/6/2020) mengungkapkan jika Indonesia kekurangan kapal Ocean Going untuk mengimbangi agresivitas China di Natuna Utara.

Maka Kementerian Pertahanan mencanangkan pembuatan fregat baru untuk menjaga Natuna agar lebih aman dari gangguan asing.

Pada Maret 2020 PT PAL Indonesia ditugaskan untuk mengembangkan desain untuk dua kapal selama lima tahun seharga USD720 juta (Rp1,1 triliun) bekerja sama dengan Denmark.

Denmark sendiri nantinya akan diwakili oleh galangan kapalnya Odense Maritime Technology (OMT) yang akan melakukan Transfer of Technology kepada PT PAL Indonesia.

Bahkan Direktur Pelaksana Tim Angkatan Laut Denmark dan mantan Kepala Angkatan Laut Denmark Laksamana Muda (Purn) Nils Wang mengatakan Indonesia sudah menunjukkan minat kuat untuk mengakuisisi Fregat Iver Huidfeldt class.

“Tim Angkatan Laut Denmark dapat mengkonfirmasi bahwa Indonesia – di antara negara-negara lain – telah menunjukkan minat untuk frigat Denmark Iver Huitfeldt.”

“Namun, saya tidak dapat mengomentari pertanyaan spesifik Anda,” ujar Nils seperti dikutip dari Naval News.

Delegasi Indonesia berpose di Kapal Fregat Iver Huidfeldt milik AL Denmark. (dok KBRI Copenhagen)

Akuisisi dua kapal Fregat Iver Huidfeldt juga tak luput dari perhatian Collin Koh, pakar dan peneliti Program Keamanan Maritim, Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam, di Singapura. 
 

Collin menyebutkan jika Indonesia tidak akan bisa mempertahankan Natuna Utara jika hanya dibekali dengan dua Fregat kelas berat saja.

Indonesia perlu membangun fregat sekelas Iver Huitfeldt lebih banyak lagi dan lagi ditambah kapal Offshore Patrol Vessel (OPV) untuk menjaga wilayah lautnya yang luas terutama di Natuna karena lawannya China.

“Dua fregat besar tidak cukup untuk menutupi perairan Natuna, di mana serangan China sering terjadi.”

“Paling-paling, di setiap titik waktu, 1 dari pasangan fregat baru ini akan ada di pangkalan, meskipun untuk jangka waktu terbatas dan menyediakan perawatan yang tepat, jadwal perbaikan.”

“Tentu saja, dengan anggaran yang sama, lebih banyak OPV yang lebih kecil dapat diperoleh. Namun, saya menduga beberapa alasan di balik pencarian untuk kelas Iver Huitfeldt,” ujar Collin.
 

“Dan menambahkan bahwa Iver Huitfeldt juga lebih besar, dan mewakili desain yang sepenuhnya baru yang harus ditangani oleh PT PAL.

Dengan transfer teknologi yang tepat di bawah bimbingan rekan-rekan mereka dari Denmark, dan tentu saja dengan komitmen Jakarta terhadap program ini, adalah mungkin bagi PT PAL untuk mengatasi masalah awal dari kurva pembelajaran dan secara bertahap menjadi mampu membangun kapal secara mandiri.”

“Kita bisa mengambil contoh dari kolaborasi PT PAL dengan DSME dalam pembangunan lisensi kapal selam.

Ada cegukan awal, terutama karena transfer teknologi, tetapi ini kemudian diatasi dan Indonesia akhirnya berhasil membangun kapal selam kelas Nagapasa ketiga , dan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang membangun kapal selam secara lokal,” tambah Collin.

Nah, sekarang tinggal tunggu tanggal mainnya dimana Indonesia bakal mempunyai kekuatan angkatan bersenjata yang sangat diperhitungkan di kawasan.Sumber

Baju Militer Anak Paling murah https://shope.ee/1AkMGMKChc

Baju Loreng Ala Militer keren https://shope.ee/4V0oF0TRSK


Tiga Pesawat AS Buru Kapal Selam China di Laut China Selatan

Menhan Prabowo Ajukan Anggaran Rp 129,3 Triliun, Termasuk untuk Beli Alat Tempur